Pages

Subscribe:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Ads 468x60px

Search This Blog

Featured Posts

Selasa, 17 Januari 2012

Ekspor Gas Merugikan Negara

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekspor gas bumi dinilai merugikan negara. Energi murah diekspor dan sebagai gantinya diimpor energi mahal, yakni bahan bakar minyak. Demikian dikatakan anggota Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas, A Qoyum Tjandranegara, dalam paparannya, Rabu (18/1/2012), pada rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Jakarta. Dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), harga gas bumi lebih murah 55 persen. Gas bumi juga lebih efisien 10-30 persen dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan BBM. Adapun produksi gas bumi 9.336 MMSCFD pada tahun 2010, atau setara dengan 1,67 juta barrel minyak bumi per hari. Namun, 52 persen di antaranya diekspor. Sementara produksi minyak bumi 0,93 juta barrel. "Ekspor gas bumi merugikan negara," kata Qoyum. Gas bumi banyak diekspor, sedangkan industri nasional kekurangan gas. Bahkan, dua pabrik pupuk domestik akan ditutup karena tidak mendapat gas, padahal mampu beli dengan harga 7 dollar AS per MMBTU. "Subsidi gas bumi di banyak negara, kecuali negara-negara maju, baik pengekspor maupun pengimpor gas bumi. Namun, di Indonesia tidak menerapkan subsidi," ujarnya. Pemakaian gas bumi untuk transportasi di Indonesia justru turun. Tahun 1984 ada 18 stasiun pengisian bahan bakar gas, sekarang tinggal tiga SPBG. Menurut Qoyum, subsidi BBM meningkat seiring kenaikan harga minyak. Kehilangan devisa akibat mengekspor energi murah, yakni gas bumi, dan mengimpor atau menggunakan energi mahal, yakni BBM, sejak tahun 2006 sampai 2009 mencapai Rp 410,4 triliun. Hal ini masih ditambah biaya operasi akibat menggunakan energi lebih mahal atau BBM dalam kurun 2006-2009 yang secara akumulatif Rp 242,4 triliun. "Negara merugi akibat tidak memaksimalkan penggunaan gas bumi," kata dia menegaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar