بسم الله الرحمن الرحيم
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم : « كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى
اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ » متفق عليه.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kalimat (zikir) yang ringan
diucapkan di lidah, (tapi) berat (besar pahalanya) pada timbangan amal
(kebaikan) dan sangat dicintai oleh ar-Rahman (Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang
Mahaluas Rahmat-Nya), (yaitu): Subhaanallahi wabihamdihi, subhaanallahil
‘azhiim (Mahasuci Allah dengan memuji-Nya, dan Mahasuci Allah yang Mahaagung).”
Hadits ini
menunjukkan besarnya keutamaan mengucapkan dua kalimat zikir ini dan menghayati
kandungan maknanya, karena amal shaleh ini dicintai oleh Allah ‘Azza wa
Jalla dan menjadikan berat timbangan amal kebaikan seorang hamba pada hari
kiamat.
Oleh karena
itu, makna dua kalimat zikir ini disebutkan dalam al-Qur’an sebagai doa dan
zikir penghuni surga, yaitu dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ}
“Doa
mereka (penghuni surga) di dalam surga adalah: “Subhanakallahumma” (Mahasuci
Engkau ya Allah), dan salam penghormatan mereka ialah: “Salaam” (kesejahteraan
bagimu), serta penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin”
(segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).” (QS. Yunus: 10).
Beberapa
faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Arti
“Mahasuci Allah” adalah menyucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala
sifat yang menunjukkan kekurangan, celaan dan tidak pantas bagi-Nya, serta
menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya.
- Arti
memuji Allah Ta’ala adalah menyanjungnya dengan sifat-sifat
kesempurnaan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang berkisar di antara keutamaan
dan keadilan, maka bagi-Nyalah segala pujian yang sempurna dari semua sisi.
-
Dikhususkannya penyebutan nama “Ar-Rahman” dalam hadits ini untuk
mengingatkan manusia akan Mahaluasnya rahmat Allah Ta’ala, di mana Dia ‘Azza
wa Jalla memberi balasan bagi amal yang ringan dengan pahala yang sangat
besar.
- Keutamaan
yang dijanjikan dalam hadits ini berlaku bagi orang yang berzikir dengan
mengucapkan dua kalimat zikir dia atas secara bergandengan.
- Zikir ini
lebih utama jika diucapkan dengan lisan disertai dengan penghayatan akan
kandungan maknanya dalam hati, karena zikir yang dilakukan dengan lisan dan
hati adalah lebih sempurna dan utama.
- Perlu
diingatkan di sini bahwa semua bentuk zikir, doa dan bacaan al-Qur’an yang
disyariatkan dalam Islam adalah bacaan yang diucapkan dengan lidah dan tidak
cukup dengan hanya terucap dalam hati tanpa menggerakkan lidah, sebagaimana
pendapat mayoritas ulama Islam.
- Dalam
hadits ini juga terdapat anjuran untuk menetapi dan banyak mengucapkan dua
kalimat zikir di atas.
- Hadits ini
juga menunjukkan adanya timbangan amal kebaikan yang hakiki pada hari kiamat
dan bahwa amal perbuatan manusia akan ditimbangan dengan timbangan tersebut,
ini termasuk bagian dari iman terhadap hari akhir/ kiamat.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين،
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota
Kendari, 15 Jumadal ula 1432 H
Penulis:
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar